Duh, Nasib Ibu Ida Janda Dua Anak Di Pangandaran Tinggal Di Rumah Tidak Layak Huni

Breaking news

Live
Loading...

Duh, Nasib Ibu Ida Janda Dua Anak Di Pangandaran Tinggal Di Rumah Tidak Layak Huni

Friday 14 June 2024

Ida dan kedua anaknya tinggal di sebuah rumah tanpa atap dengan kondisi semrawut dan banyak puing - puing bangunan berserakan di sekitar bangunan rumah tersebut. Dok istimewa (14/6/2024).


Pangandaran - Kisah miris janda di Pangandaran, Jawa Barat, berusia 45 tahun tinggal di rumah yang tidak layak huni bersama 2 anak kecilnya.


Ida Nuraida yang baru ditinggal cerai suami setahun lalu adalah satu warga di RT 1/1 Dusun Sopla Desa Karangmulya Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.


Ida dan kedua anaknya tinggal di sebuah rumah tanpa atap dengan kondisi semrawut dan banyak puing - puing bangunan berserakan di sekitar bangunan rumah tersebut.


Kondisi dinding temboknya banyak yang jebol atau roboh akibat sebelumnya diguncang gempa 3 kali. Selain itu, Ida tidak memiliki tempat mandi cuci dan kakus (MCK).


Jika ingin mandi, mencuci dan buang air besar, Ida dan kedua anaknya harus berjalan kaki dengan menempuh jarak sekitar 50 meter dari lokasi rumahnya.


Sementara ini, Ida bersama kedua anak kecilnya tidur di ruangan dapur berukuran sekitar 3 x 3 meter yang dipenuhi perabotan rumah tangga dan pakaian anaknya.


Dapur kecil berukuran 3 x 3 meter beratapkan seng yang sudah rusak ini jika kondisi hujan deras banyak air yang masuk ke ruangan tempat tidurnya. Apalagi, jika ada hujan yang disertai angin kencang.


"Kalau hujan deras itu, air banyak masuk ke ruangan tempat tidur. Kadang, anak-anak sering bangun malam karena kecipratan air hujan dan takut dinding tembok roboh," ujar Ida kepada Tribun Jabar di rumah tidak layak huninya, Senin (10/6/2024) pagi.


Ida menyampaikan, rumah kecilnya dibangun sejak masih ada suaminya. Hanya karena keterbatasan anggaran, rumahnya dibangun dengan tidak menggunakan pondasi.


Tidak lama dibangun kemudian atapnya ambruk, menyusul gempa bumi 3 kali yang akhirnya dinding temboknya banyak yang ambrol. 


"Pertama yang ambruk itu di bagian dapur, terus dinding ruangan tengah rumah. Dulu jendela kaca banyak yang pecah, tapi sisanya sekarang sudah dipindahkan," katanya.


Memang, dahulu rumahnya pernah diajukan oleh Desa untuk pembangunan rumah tidak layak huni atau Rutilahu.


"Tapi, sampai sekarang enggak ada kang," kata Ida.


Sementara untuk kamar mandi, Ia mengaku tidak memilikinya dan harus berjalan kaki jika ingin mendapatkan air bersih. 


"Di bawah kan, ada tempat mandi yang dibangun Pemerintah Desa. Ya, meskipun malu sama tetangga, mau gimana lagi," ucapnya 


Dengan kondisi rumahnya yang sudah tidak layak huni, setelah ditinggal cerai suaminya Ia harus mencari rezeki untuk menafkahi kedua anaknya yang sekarang masih sekolah dasar.


"Pendapatan saya tidak tentu, kadang dapat Rp 25 ribu dari hasil saya kerja di rumah tetangga. Itu juga, kalau saya disuruh," ujarnya. 


"Pahit rasanya kopi tidak sepahit menjalani kehidupan." kata Ida.


Kondisi Ida Nuraida tinggal di rumah tidak layak huni di Dusun Sopla Desa Karangmulya Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran, Senin (10/6/2024) pagi.


Selain tinggal di rumah tidak layak huni, Ida harus banting tulang mencari uang untuk mencukupi kebutuhan pokok dan membiayai kedua anaknya.


"Anak saya kan ada dua, yang kecil masih kelas 1 kalau satu lagi sudah kelas 6 SD dan mau sekolah SMP," ujar Ida.


Meskipun dengan kondisi ekonominya yang serba kekurangan, Ia terus berupaya agar kedua anaknya tetap bersekolah.


"Kadang kalau disuruh nyuci sama tetangga sampai pulang malam saya dikasih Rp 25 ribu, kalau disuruh pijat saya kadang dikasih Rp 50 ribu. Ya, itu tergantung orangnya lah," ucapnya.


Selain dari hasil kerjanya, Ida pun bersyukur, ada bantuan dari pemerintah berupa PKH dan beras sebanyak 10 kilogram per bulan.


"Cukup enggak cukup ya dicukupin saja. Beras 10 kilogram kadang buat sebulan juga masih ada, karena kita jarang makan," kata Ida.


Ida jarang makan di rumah, karena kadang masak nasi kadang tidak dan anak-anak kadang makan dikasih sama orang - orang yang ada di sekitarnya.


"Jadi, untuk makan kadang - kadang kedua anak saya sering dikasih sama tetangga. Kebetulan kedua anak saya cowo semua," ujarnya.


Untuk uang jajan, kadang kedua anaknya meluangkan waktu untuk mencari rongsok atau limbah di lingkungannya. 


"Rongsok itu, mereka jual. Tapi sebenarnya itu kemauan anak, kalau saya tidak menyuruh karena kalau pingin jajan saya juga ngasih," kata Ida.


Kondisi seperti itu, Ida mengaku sudah ada setahun sejak diceraikan suaminya dan harus mencari rezeki untuk membiayai kedua anaknya. "Tapi, saya harus kuat," ujarnya.


Kini, Ida dengan kedua anaknya hanya bisa berharap memiliki rumah seperti halnya orang lain yang berada di lingkungannya.


"Ya, harapan aku mudah mudahan rumah ini cepat dibangun, layak ditempati anak- anak, bisa buat sembahyang, bisa buat belajar anak-anak. Kalau hujan kan sering bocor dan aku takut dindingnya ambruk," ucapnya. 


Soal kondisi Ida dan 2 anaknya yang  tinggal di rumah tidak layak huni, Pemerintah Desa setempat mengakui sudah berupaya.


"Kita dari pihak Desa sudah mengusulkan ke Dinsos ke mana-mana. Dikasih bantuan Rutilahu, tapi tidak punya biaya untuk operasionalnya," ujar Wahyuman Kepala Desa Karangmulya dihubungi Tribun Jabar, Senin (10/6/2024) siang.


Namun memang, sekarang ini kondisi rumah yang ditempati Ida dan kedua anaknya sudah rata karena ambruk. 


"Jadi, boro-boro ngebangun sendiri. Intinya ibu Ida ini tanggung jawab pemerintah.


Kadang untuk kebutuhan pokok makan sehari hari saja, dia harus dibantu tetangganya," katanya 


Meskipun demikian, Ia pun dari Pemerintah Desa sudah berupaya untuk mengusulkan bantuan ke mana-mana. "Tapi, sampai saat ini belum terealisasi," ucap Wahyuman.


Sebenarnya, kondisi bangunan rumah Ida hancur itu baru sekarang ini karena memang tidak ada pondasi kuat seperti memakai besi. 


"Dan itu, dibangun sebelum saya menjadi kepala Desa di Karangmulya. Sekarang, malah makin hancur. Belum ditambah guncangan gempa bumi yang terjadi sebelumnya," ujarnya.


Wahyuman pun bersama Kepala Dusun dan warga sekitar sudah inisiatif membongkar bangunan rumah yang berpotensi ambruk.


"Sebagian dinding rumahnya kita bongkar yang tujuannya supaya tidak terlalu membahayakan. Daripada nanti ambruk menimpa penghuninya, kan lebih parah," kata Ia.


Sementara untuk kondisi mandi cuci kakus (MCK) di rumahnya memang sejak dahulu juga sudah tidak ada."Kita dari Desa mah sudah berupaya menawarkan tapi tidak ada untuk swadayanya," ucapnya.


Selain upaya membangunan rumahnya, Ia pun mengklaim sudah berupaya untuk membantu dari sisi ekonomi keluarganya.


"Kalau bantuan untuk ekonominya, kita sudah bantu, karena kita utamakan agar kepala dusun bisa membantu," kata Wahyuman. (**)