Sahabat paling cerdas, Mengingat Mati

Widget notif

Breaking news

Live
Loading...

Sahabat paling cerdas, Mengingat Mati

Saturday, 17 July 2021

dok. ilustrasi (ist)


Jakarta - Akhir - akhir ini mulai pertengahan bulan juni 2021 sampai awal juli 2021, di banyak group WA hampir setiap hari anggota group mengucapkan duka cita atas kematian ( kembali pada Yang Kuasa ). Hal ini tidak terlepas dari kondisi penularan covid-19 yang semakin tinggi di negeri tercinta ini. 


Awal Juli yang positif sudah melewati angka 30.000 orang per hari dan tanggal 11 Juli sudah mencapai 36.197 orang esoknya 12 juli naik menjadi 40.427 orang. Kematian memberikan kesan " seram " padahal seseorang pasti akan mendapatkannya, kita semua tidak mengetahui kapan ajal menjemput. 


Tentu sebagai seorang mukmin yang mengimani qada dan qadar hendaknya mempersiapkan diri. Ketika seseorang akan menikah, naik posisi di pekerjaan, akan pergi dekat maupun jauh, pasti sudah mempersiapkan segala sesuatunya. 


Persiapan pada kematian yang pasti terjadi, segala sesuatunya ada pada tas bekal akhirat. Dalam isi tas tersebut, ada amal kebaikan, dan ada kekhilafan. Bagi seorang mukmin tas tersebut berisi dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.


Sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ibnu Umar, dia berkata, ketika kami duduk bersama Radulullah Saw., tiba-tiba muncul sahabat Anshar. Setelah berucap salam pada beliau, kemudian dia bertanya, " Wahai Rasulullah, siapakah mukmin terbaik itu ?" Beliau menjawab, " Yang paling baik adalah akhlaknya." Dia bertanya kembali, " Siapakah mukmin yang paling cerdas itu ?" Beliau menjawab, " Yang paling sering mengingat mati dan yang mempunyai persiapan terbaik untuk menyambut apa yang terjadi sesudahnya. Mereka itulah orang-orang yang paling cerdas." Seorang mukmin yang baik dan cerdas adalah, yang baik akhlaknya dan selalu mengingat mati serta sudah mempersiapkan bekal untuk sesudahnya.


Dalam sebuah riwayat, Rasulullah Saw. pernah ditanya oleh seorang sahabat, "Wahai Rasulullah, apakah di akhirat nanti seseorang yang meninggal akan dikumpulkan bersama para syuhada?" Beliau menjawab, "Ya, ada. Yaitu seseorang yang mengingat mati sebanyak 20 kali sehari semalam." Maka sering-seringlah kita mengingat mati. Dengan mengingatnya kita akan memperbanyak amal kebaikan, makin rajin beribadah dan menjauhi perbuatan maksiat. Betapa indah syair dibawah ini dari seorang penyair,

"Ingatlah kematian,

Yang melenyapkan segala kenikmatan dan bersiaplah menghadapi kematian yang pasti akan datang."

Disambung dengan penyair lain,

"Ingatlah kematian, niscaya kamu mendapati kenikmatan.

Ingatlah kematian, yang dapat mematahkan angan-angan kosong belaka."


Kematian tidak terikat umur, waktu dan penyakit tertentu ( wabah ). Hal ini dimaksudkan agar kita selalu dalam keadaan siap menghadapi kematian kapan dan di manapun berada. Kematian yang akan mendatangani hendaknya disambut dengan kebahagiaan, karena akan bertemu dengan Sang Kekasih yang abadi dan kekal.


Ad-Daqqaq berkata, "Barangsiapa sering mengingat mati, maka dia akan dimuliakan dengan tiga hal. Yaitu, menyegerakan bertobat, hati yang qana'ah ( menerima apa adanya ), dan semangat dalam beribadah. Dan, barangsiapa yang lupa akan kematian, maka dia akan diberi sangsi dengan tiga hal. Yaitu, menangguhkan bertobat, tidak puas dengan pemberian Allah dan malas beribadah." Nah, kematian bukanlah sesuatu yang seram, justru kita dituntun agar selalu mengingat kematian.


Kematian yang pasti datang tidak perlu ditakuti, namun justru kita menyambutnya dengan mempersiapkan bekal sesegera dan tidak di tunda-tunda.


Kegelisaan masyarakat yang menjadi kepanikan dengan makin menyebarnya penularan covid-19, inilah sikap kita sebagai seorang muslim dalam menghadapi pandemi ini :


1. Berprasangka baik pada Allah.

2. Bersikap Optimis. Sikap ini penting karena akan menumbuhkan semangat dan harapan. Penyampaian kondisi pandemi sebaiknya tidak menakutkan pada masyarakat misalnya yang disampaikan adalah jumlah yang sembuh dan bbrp kesaksian pasien yg berhasil sembuh.

3. Berbicara yang baik. Rasulullah melarang kita berbicara kurang baik, kalau tidak bisa maka lebih baik diam.

4. Menghindari wabah. Langkah pertama adalah menata akidah, setelah itu berikhtiar semaksimal untuk menghindarinya. Sikap ini merupakan perintah Rasulullah Saw.

5. Mengupayakan pengobatan. Rasulullah bersabda, "Setiap penyakit ada obatnya. Apabila ditemukan obat yang tepat untuk suatu penyakit, maka akan sembuhlah penyakit itu dengan izin Allah."( diriwayatkan Muslim ). Dalam syariah Islam memerintahkan pada kita untuk mengupayakan kesembuhan. Penyakit itu datangnya dari Allah, maka Allah juga yang menurunkan obatnya. Maka tugas dan kewajiban kita adalah menemukan obat atas wabah ini.


Kita simak syair dibawah ini :

" Tiga hal penting, lahir, perkawinan dan kematian.

Hasrat merupakan tumpangan hidup.

Kematian itu halte pemberhentian sementara, menuju keabadian.

Ingat mati, menumpas hasrat kemaksiatan.

Menumbuhkan subur tanaman kebajikan.

Ingat hidup, mendorong menggali bekal.

Bekal dalam perhitungan akhir.

Menjaga hasrat agar tiada perpanjang angan-angan.

Ajal lebih dekat akan mendatangimu, sebelum kau sampai angan-angan panjang.

Maka sia-sialah berpanjang angan."


Tiga hal penting ini sudah tercatat jauh sebelumnya dalam ketetapan-Nya dan disimpan di Lauh Machfuz. Kapan kita mendapatkan giliran ? Pasti tidak ada jawaban, karena hanya Allah lah yang tahu. Sebagai seorang mukmin tentu mengimani qada dan qadar, sehingga jika ada anggota keluarga, sahabat karib yang kembali pada Yang Kuasa akan disikapi dengan sabar, ridha, dan terus mendekatkan diri pada Allah Swt. Semoga Allah mencabut pandemi covid-19 dari negeri tercinta dan menguatkan/ meneguhkan hati para hambanya. (*)