Pelantikan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin sebagai presiden dan wakil presiden periode 2019-2024 menandai perjalanan bangsa ke tahap selanjutnya untuk mencapai Indonesia yang sejahtera.
Jakarta, (MI) - Acara yang berlangsung di Gedung Parlemen tersebut menandai dimulainya periode kedua pemerintahan Presiden Joko Widodo yang kali ini didampingi Wakil Presiden Ma'ruf Amin sekaligus mengakhiri perjalanan panjang proses pemilihan presiden yang telah berlangsung sejak 2018 lalu, dilansir Antara Minggu (20/10/19).
Banyak kalangan yang mengatakan proses penyelenggaraan pilpres kali ini cukup melelahkan dan menguras energi, tidak hanya karena masa kampanye yang panjang namun juga peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum dan selepas pemungutan suara pada April 2019. Salah satunya adalah proses persidangan di Mahkamah Agung terkait pilpres.
Sejumlah peristiwa beberapa bulan dan pekan sebelum pelantikan 20 Oktober 2019 seperti aksi demonstrasi mahasiswa, penyerangan terhadap Menko Polhukam Wiranto dan beberapa peristiwa lainnya, cukup menyedot konsentrasi baik pemerintah, aparat keamanan dan juga masyarakat.
Tak heran pelantikan presiden dan wakil presiden dalam sidang MPR kali ini mendapatkan perhatian khusus. Pengamanan yang cukup ketat meski tidak mengubah gaya Jokowi dalam menerima sambutan dan salam dari masyarakat, kehadiran para pemimpin negara sahabat dan juga kehadiran dua mantan presiden, Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono.
Sempat terlambat hampir 30 menit dari yang dijadwalkan, upacara pelantikan berlangsung mulai pukul 15.15 WIB diawali kehadiran para tamu negara memasuki ruang sidang paripurna MPR, kemudian Megawati yang masuk bersamaan dengan Hamzah Haz, keduanya merupakan presiden dan wakil presiden periode 2001-2004 dan diikuti Susilo Yudhoyono dan Boediono yang pernah menjabat sebagai presiden dan wakil presiden periode 2009-2014.
Penghormatan khusus disampaikan kepada mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang mengakhiri masa tugasnya disertai ucapan terima kasih dari Ketua MPR, Bambang Soesatyo, dan juga Jokowi dalam sambutannya masing-masing. Penghargaan dan apresiasi kepada Kalla ditunjukkan juga dengan tepuk tangan sambil berdiri dari seluruh anggota MPR, tamu undangan dan juga pimpinan MPR.
"Perkenankan saya atas nama pribadi, atas nama Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin dan atas nama seluruh rakyat Indonesia menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Bapak Muhammad Jusuf Kalla yang telah bahu membahu menjalankan pemerintahan selama lima tahun terakhir," kata Jokowi.
Pelantikan yang berlangsung lebih kurang lebih 1,5 jam itu juga dihadiri sejumlah kepala negara antara lain Perdana Menteri Australia, Scott Marisson, Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien-Loong, Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Muhammad, Sultan Brunei Darussalam, Sultan Hasanal Bolkiah, Wakil Presiden China, Wang Qishan, dan Menteri Transportasi Amerika Serikat, Elaine Chao.
Salah satu hal yang menarik adalah kehadiran pasangan Prabowo Soebianto dan Sandiaga Uno. Kehadiran mantan rival Jokowi dan Ma'ruf Amin dalam Pemilu 2019 ini mendapatkan apresiasi yang sangat dalam baik dari pimpinan MPR maupun Jokowi secara pribadi. Kehadiran keduanya memberikan nilai positif terkait proses kontestasi pemilihan presiden lalu. Jokowi bahkan menyapa dan menyebut mereka sebagai "sahabat saya" dalam pidatonya.
Soesatyo bahkan memberikan pantun khusus atas kesediaan Prabowo hadir dalam pelantikan Jokowi. Bambang mengutarakan itu dengan memberi ibarat dalam pantunnya: Dari Teuku Umar ke Kertanegara, dijamu nasi goreng oleh Ibu Mega. Meski Pak Prabowo tak jadi kepala negara, masih bisa berkuda dan berlapang dada.
Dalam beberapa tahun terakhir, memang komunikasi politik antar elit menjadi baik saat menghadapi isu pergantian kepemimpinan nasional. Masih segar diingatan kita bagaimana proses peralihan kekuasaan dari Susilo Yudhoyono ke Jokowi berlangsung dengan mulus pada Oktober 2014. Sebagai presiden yang sebentar lagi meninggalkan Istana Merdeka, Yudhoyono mengenalkan berbagai hal tentang kepresidenan kepada Jokowi, termasuk tata upacara dan protokoler.
Yudhoyono saat itu menyiapkan bagaimana proses presiden yang baru masuk ke Istana Merdeka dan presiden dari periode sebelumnya meninggalkan Istana Merdeka. Tradisi etika politik ini kemudian diteruskan dalam penyelenggaraan pilpres 2019 ketika Prabowo dan Sandiaga Uno hadir dalam pelantikan Jokowi-Amin.
Perasaan bahagia dan syukur juga ditunjukkan oleh masyarakat atas pelantikan pemimpin negara. Sejak pagi di beberapa titik lokasi di sepanjang Jalan Sudirman dan Jalan MH Thamrin serta depan Istana Merdeka, di Jakarta Pusat, di mana masyarakat menunggu di pinggir jalan untuk memberikan salam dan dukungan atas pelantikan Jokowi.
Jokowi membalasnya dengan menyapa langsung masyarakat sesaat setelah keluar dari Istana Merdeka menuju Gedung Parlemen. Ia menghentikan iring-iringan mobil kepresidenan dan kemudian keluar dari mobil serta berjalan ke kerumunan masyarakat untuk menyapa warga yang berada di Taman Pandang di seberang Istana Merdeka.
Ditemani puteranya, Gibran, Jokowi menyalami beberapa warga dan masyarakat memanfaatkan momentum itu untuk berfoto dan menyapa kepala negara langsung. Meski hanya berlangsung sekitar lima menit namun hal itu cukup berkesan bagi masyarakat.
Jokowi sendiri dalam sambutannya sesaat setelah mengucapkan sumpah jabatan dan janjinya sebagai presiden, menyampaikan akan langsung bekerja dengan sejumlah hal, salah satunya adalah memastikan pemerintah tidak hanya memenuhi program kerja namun juga memastikan masyarakat bisa merasakan hasil dari program kerja yang sudah dilaksanakan.
Simak puisi ini Jokowi ini saat mengakhiri pidato pertama pemerintahan keduanya:
Pura babbara sompekku. Pura tangkisi' golikku...
Layarku sudah terkembang. Kemudiku sudah terpasang...
Kita bersama, menuju Indonesia maju...