‘Workshop Musik Indie Indonesia’
JAKARTA, MEDIA INVESTIGASI-Dalam rangka "menyapa" rakyatnya dalam hal ini pelaku industri hiburan Badan Ekonomi Rakyat (Bekraf) menghadirkan Wrockshop di hotel Sheraton Jakarta Rabu (7/11).
Workshop dan obrolan musik dengan tagline ‘Make Hits Song - Produce Nice Recording – Sale Great Albums – Play at Main Stages’ yang diselenggarakan Bangga Indonesia Organized dan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (BEKRAF) ini, menampilkan narasumber utama; Triawan Munaf (Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia), Bimbing (SLANK) dan Indra Qadarsih (BIP).
Tampil narasumber lainnya, Harry Koko Santoso (Chief Executive Officer Deteksi Production), Silvia Oetomo (Content Partnership Manager Vidio.com), DR. Amin Abdullah (Kepala Sub Direktorat Edukasi Publik Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia), Harry Murti (Master Drum Builder), dan Aldo Sianturi (Musik Bagus).
Musik, kata DR. Amin Abdullah, seharusnya mampu menunjukkan identitas (character) ke-Indonesia-an. Budaya sebuah bangsa merupakan faktor penting untuk mengenali jati diri. “Musik reggae misalnya, lahir dari sebuah negara kecil, Jamaika, yang wilayahnya tidak lebih luas dari pulau Bangka, tapi karya musiknya mampu dikenal dunia,” kata Amin membandingkan.
Musik, kata birokrat yang juga musisi ini, harus dapat menjadi usaha kreatif. Bagian dari industri yang menjadi tulang punggung ekonomi. Gerakan indie, menurutnya, merupakan sebuah alternatif yang memberi nuansa baru pada genre musik. “Gerakan indie harus dapat menjawab apa yang menjadi kebutuhan masyarakat. Dalam kaitan ini pentingnya para pemusik, komunitas, akademisi, pelaku bisnis dan pers, dapat bersinerji,” paparnya.
Harry Koko Santoso, dalam pemaparannya lebih menyoroti soal etos kerja pemusik. Seniman harus memiliki sikap empati yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Menempatkan musik menjadi bagian dari estetika yang dapat meningkatkan kemampuan, mengapresiasi keindahan, sensitivitas, dan harmoni dengan lingkungannya.
“Semangat, kerja keras, pantang menyerah, dan disiplin. Upaya nyata dalam mengembangkan perasaan simpati, menciptakan kebersamaan yang nyaman dan harmonis,” ujarnya.
Pada bagian akhir, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia, Triawan Munaf , menyarankan tentang perlu merekonstruksi identitas musik Indonesia. Oleh karena itu menurutnya, eksperimen terus dilakukan. “Kita terus melakukan sesuatu dan bisa meramalkan tren musik masa depan. Menggiring musik Indonesia menuju jalan besar. Kita bentuk trennya. Harus ada satu jenis musik yang dikenal sebagai musik Indonesia,” ujarnya.
Deputi Riset, Edukasi, dan Pengembangan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia, Dr. Ing. Abdur Rohim Boy Berawi, dalam sambutannya menyampaikan, sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Badan Ekonomi Kreatif dalam Pasal 13 yang menyatakan, Deputi Riset, Edukasi dan Pengembangan Ekonomi Kreatif mempunyai tugas pemberikan pembelajaran, bimbingan teknis dan supervisi.
“Workshop ini menjadi bagian dari usaha untuk meningkatkan kompetensi, bagi pelaku usaha-usaha di bidang jasa industri kreatif. Bagian dari pelaksanaan pembinaan dan pemberian dukungan kepada semua pemangku kepentingan dalam riset, edukasi dan pengembangan ekonomi kreatif,” ujarnya.
Kegiatan ini berupaya mengoptimalkan kemampuan anggota asosiasi, komunitas dan civitas akademika dengan meningkatkan nilai tambah dari produk barang dan jasa yang digelutinya. Sektor jasa industri kreatif ini meliputi; Aplikasi dan Pengembangan Game, Arsitektur, Desain Interior, Desain Komunikasi visual, Desain Produk, Fashion, Film, Animasi dan Video, Fotografi, Kriya (Kerajinan Tangan), Kuliner, Musik, Penerbitan, Periklanan, Seni Pertunjukan, Seni Rupa, serta Televisi dan Radio.
‘Workshop Musik Indie Indonesia’ diikuti 70 peserta, terdiri dari para seniman musik, pencipta lagu, aranger, dan penyanyi dari Jakarta, Bandung, Tuban, Riau, Makassar, dan kota-kota lainnya. Acara ini didukung Forum Wartawan Hiburan (FORWAN) Indonesia.
Workshop dan obrolan musik dengan tagline ‘Make Hits Song - Produce Nice Recording – Sale Great Albums – Play at Main Stages’ yang diselenggarakan Bangga Indonesia Organized dan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (BEKRAF) ini, menampilkan narasumber utama; Triawan Munaf (Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia), Bimbing (SLANK) dan Indra Qadarsih (BIP).
Tampil narasumber lainnya, Harry Koko Santoso (Chief Executive Officer Deteksi Production), Silvia Oetomo (Content Partnership Manager Vidio.com), DR. Amin Abdullah (Kepala Sub Direktorat Edukasi Publik Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia), Harry Murti (Master Drum Builder), dan Aldo Sianturi (Musik Bagus).
Musik, kata DR. Amin Abdullah, seharusnya mampu menunjukkan identitas (character) ke-Indonesia-an. Budaya sebuah bangsa merupakan faktor penting untuk mengenali jati diri. “Musik reggae misalnya, lahir dari sebuah negara kecil, Jamaika, yang wilayahnya tidak lebih luas dari pulau Bangka, tapi karya musiknya mampu dikenal dunia,” kata Amin membandingkan.
Musik, kata birokrat yang juga musisi ini, harus dapat menjadi usaha kreatif. Bagian dari industri yang menjadi tulang punggung ekonomi. Gerakan indie, menurutnya, merupakan sebuah alternatif yang memberi nuansa baru pada genre musik. “Gerakan indie harus dapat menjawab apa yang menjadi kebutuhan masyarakat. Dalam kaitan ini pentingnya para pemusik, komunitas, akademisi, pelaku bisnis dan pers, dapat bersinerji,” paparnya.
Harry Koko Santoso, dalam pemaparannya lebih menyoroti soal etos kerja pemusik. Seniman harus memiliki sikap empati yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Menempatkan musik menjadi bagian dari estetika yang dapat meningkatkan kemampuan, mengapresiasi keindahan, sensitivitas, dan harmoni dengan lingkungannya.
“Semangat, kerja keras, pantang menyerah, dan disiplin. Upaya nyata dalam mengembangkan perasaan simpati, menciptakan kebersamaan yang nyaman dan harmonis,” ujarnya.
Pada bagian akhir, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia, Triawan Munaf , menyarankan tentang perlu merekonstruksi identitas musik Indonesia. Oleh karena itu menurutnya, eksperimen terus dilakukan. “Kita terus melakukan sesuatu dan bisa meramalkan tren musik masa depan. Menggiring musik Indonesia menuju jalan besar. Kita bentuk trennya. Harus ada satu jenis musik yang dikenal sebagai musik Indonesia,” ujarnya.
Deputi Riset, Edukasi, dan Pengembangan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia, Dr. Ing. Abdur Rohim Boy Berawi, dalam sambutannya menyampaikan, sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Badan Ekonomi Kreatif dalam Pasal 13 yang menyatakan, Deputi Riset, Edukasi dan Pengembangan Ekonomi Kreatif mempunyai tugas pemberikan pembelajaran, bimbingan teknis dan supervisi.
“Workshop ini menjadi bagian dari usaha untuk meningkatkan kompetensi, bagi pelaku usaha-usaha di bidang jasa industri kreatif. Bagian dari pelaksanaan pembinaan dan pemberian dukungan kepada semua pemangku kepentingan dalam riset, edukasi dan pengembangan ekonomi kreatif,” ujarnya.
Kegiatan ini berupaya mengoptimalkan kemampuan anggota asosiasi, komunitas dan civitas akademika dengan meningkatkan nilai tambah dari produk barang dan jasa yang digelutinya. Sektor jasa industri kreatif ini meliputi; Aplikasi dan Pengembangan Game, Arsitektur, Desain Interior, Desain Komunikasi visual, Desain Produk, Fashion, Film, Animasi dan Video, Fotografi, Kriya (Kerajinan Tangan), Kuliner, Musik, Penerbitan, Periklanan, Seni Pertunjukan, Seni Rupa, serta Televisi dan Radio.
‘Workshop Musik Indie Indonesia’ diikuti 70 peserta, terdiri dari para seniman musik, pencipta lagu, aranger, dan penyanyi dari Jakarta, Bandung, Tuban, Riau, Makassar, dan kota-kota lainnya. Acara ini didukung Forum Wartawan Hiburan (FORWAN) Indonesia.
Reporter: Buyil
Editor: Rosyid,ddl